Sebuah Catatan Reuni

 




                                   Foto: Dokumentasi Alumni 96

Ayam masih berkokok bersahutan  di kandang dan mentari belum menyembulkan sinarnya di balik bukit di belakang rumah. Hari ini begitu spesial,  saya bersama istri sebentar lagi akan mengikuti agenda penting tahunan  yakni reuni sekolah menengah atas. Tepatnya, Reuni SMA Negeri 1 Majene. Saya dan istri berasal  dari sekolah yang sama  tetapi dengan angkatan yang berbeda. Saya 96 dan dia 98.

Mobil melaju  menyusuri jalanan kota yang masih lengang. Hanya beberapa kendaraan yang berpapasan di jalan. Selebihnya masih terparkir di bibir aspal. Beberapa mobil berjejer dengan kode plat nomor polisi yang berbeda pula. Ini mungkin sisa menunggu arus balik menghabiskan waktu liburan Idul Fitri yang tersisa. 

Titik kumpul reuni tetap seperti tahun-tahun kemarin. SMA Negeri 1 Majene. Saya memastikan itu tak akan pernah bergeser. Lain dan satu hal tentu itu sebagai awal dari segala kehidupan di masa SMA. Selebihnya, panitia  ingin selalu melekatkan momentum masa lalu dengan segala keseruannya. Saya terus berjalan semakin mendekati sekolah sambil tetap menguatkan memori 30 tahun lalu. Kiri-kanan sudah banyak sekali yang berubah seperti rumah-rumah warga, kantor, warung makan, dan area publik lainnya.

Pada akhirnya saya menemukan teman-teman angkatan di tengah kerumunan angkatan lainnya dengan baju persatuan masing-masing. Sangat mudah dikenali, tulisan Fase 96 begitu mencolok dalam balutan jaket yang memberi kesan sporty dan lebih muda. Rekan-rekan angkatan yang mengurusi desain ini sangat jeli memilih kostum kali ini. Pikirku.

Benar saja begitu bertemu tangan terulur, mendekap hangat dan senyum simetris terkulum satu sama lain. Sekali-kali ada yang celoteh memastikan kalau orang di depannya benar-benar teman-teman SMA 30 tahun lalu. satu sama lain lebur dalam suasana kangen dan untuk  beberapa menit nyaris arahan panitia dari  corong suara terabaikan.  Acara pertama di awali dengan jalan santai menyusuri jalan KH. Daeng menuju Binanga dan sebelum jembatan belok kanan arah warung legendaris Kindo Mina menuju Lipu dan berakhir di stadion Prasamnya Majene sebagai pusat acara. Beberapa rekan angkatan dan angkatan lainnya agak ngos-ngosan juga dengan rute yang sudah tak biasa-biasa saja untuk ukuran umur saat ini. 












Di bawah tenda yang lumayan panas semua peserta  berkumpul sesuai angkatan masing-masing. Snack dan minuman dingin diangsur panitia sekadar pelepas haus. Acara dimulai dengan hiburan dengan lagu-lagu hits jaman dulu yang dilantunkan Nurdin KDI, Ical  dan beberapa penyanyi lainnya. Peserta lintas angkatan berjoged di tengah acara mengikuti musik yang menghentak.   Selanjutnya  sambutan-sambutan dari panitia, ketua IKA alumni, dan Bupati Majene. Acara sesekali juga sesekali diselingi dengan pengumuman undian door prize.

Ada catatan plus setiap reuni.  Tak ada sekat, tak ada jabatan, tak ada kasta, tak ada pembedaan satu sama lain. Semua tergabung dalam suasana persaudaraan yang kental meskipun waktu SMA dulu justru tidak satu kelas maupun jurusan.

"Saya awalnya sangat berpikir untuk datang mengingat lebih banyak teman-teman sudah jadi 'orang'. Jadi, agak minder juga.  Tapi setelah di sini saya jadi paham bahwa kesan itu hanya muncul dipikiranku saja." Sebuah celutuk teman yang tak ingin disebutkan namanya. Semoga reuni ke depannya lebih banyak lagi yang meluangkan waktu untuk hadir agar kebersamaan itu tetap terjalin dan alumni SMAN 1 Majene tetap bermamfaat untuk bangsa, agama, dan negara. Semoga.






Posting Komentar untuk "Sebuah Catatan Reuni"