Makan Bergizi Gratis dan Peluang Petani

 

        Sumber Foto: https://pixabay.com/

Saya sepagi ini biasanya sudah keluyuran ke belakang rumah menghirup udara segar. Tapi bukan menuju ke rumah tetangga yang sesak oleh kepadatan warga bergelut dengan pekerjaan setiap harinya. Saya  jalan-jalan menghirup udara segar   yang dihembuskan dari pepohonan di sekitar. Pohon  kelapa yang menjulang, pohon mangga berdaun  lebat, pohon  nangka dengan dedaunan rimbun, atau  pohon pisang yang mulai berbuah. Tanaman ini   tumbuh di kebun-kebun warga yang setiap hari mereka kunjungi seperti  orang-orang yang berangkat ke kantor. Mereka  pagi-pagi sekali sudah di kebun sebelum matahari terbit. Bedanya hanya pakaian yang tak seragam. Mereka lebih sering memakai pakaian yang kesannya lusuh. Kalau diamati lebih cermat kebun warga masih bercampur-baur dengan beberapa jenis tanaman. Jarang yang menanam hanya  satu jenis. Misal, tanaman pisang atau tanaman ubi kayu saja. 

Saya sudah kembali ke rumah dan mendapati segelas kopi plus sepiring pisang goreng yang masih mengepul. Nikmatnya! Biasanya kalau sudah begini maka sebuah meja kecil akan saya geser sedikit mendekat ke tv yang  segera saya tekan tombol on. Benar saja seruput kopi pertama dan gigitan seiris pisang goreng sukses melambungkan kenikmatan kecil di sela sisa  lelehan keringat dari jalan-jalan tadi.

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) menjadi topik utama di channel yang sementara saya tonton. Seorang narasumber dari Badan Pangan Nasional (BPN) memaparkan perencanaan pemerintah ke depan untuk mewujudkan siswa makan bergizi dan gratis. Sebuah program prioritas yang diusung pemerintahan baru yang belum genap seumur jagung. MBG menjadi  salah satu program utama yang diusung oleh pemerintahan terpilih, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. Di Pundak Badan Gizi Nasional (BGN)  memanggul  tanggung jawab dalam pelaksanaannya. MBG dicanangkan mulai berlaku Januari 2025. Mengutip laman Detik.com juga dipaparkan tentang kesiapannya. Dalam rangkaian Jelajah Gizi 2024 (6/11/2024) di Banyuwangi, Prof. Dr. Ir. Ikeu Tanziha, MS selaku Staf Khusus Badan Gizi Nasional membagikan kabar terbarunya. Prof. Dr. Ir. Ikeu Tanziha, MS selaku Staf Khusus Badan Gizi Nasional menjelaskan update persiapan BGN. 

Ia mengungkap sasaran penerima MBG tahap awal sekitar 15-20 juta orang, lalu akan bertambah secara bertahap. Prof. Ikeu juga mengatakan dapur untuk menyiapkan MBG sudah ada, bekerja sama dengan Komando Distrik Militer (Kodim) yang ada di tingkat kabupaten.

"Kodim-kodim sudah alhamdulillah mendukung. Kita kerja sama juga dengan sekolah-sekolah Jadi satu titik dapur itu nanti melayani 3 ribu siswa. Jarak unit dapur itu paling jauh ke sekolah 2 kilometer atau sekitar30menit,"ungkapProf.Ikeu.”

Masih tentang Program Makan Bergizi Gratis ini. Hal yang menggantung di otakku bukan soal perencanaan, strategi, pola, pendekatan karena pasti sudah dikaji oleh pemerintah dari berbagai lingkup. Di pikiranku mengerucut tentang menu di piring  siswa-siswa di sekolah.  Pasti nasi, sayur, tahu, tempe, ikan, telur, pisang, semangka, daun kelor, dan susu. Lalu bagaimana  pasokan bahan makanan itu bisa ada dalam jumlah cukup bahkan harus lebih     karena pemberian makanan bergizi gratis ini berlangsung selama 5 atau 6 hari dalam seminggu,  29 sampai 31 hari dalam sebulan dan kurang lebih 360 hari dalam 1 tahun. 

Sekadar pembanding kecil di desa tempat saya bermukim. Untuk kebutuhan sayur-mayur, pagi-pagi para ibu belinya dari Mas-Mas yang menggandeng sayuran dari kota sebelah yang jaraknya sekira 80 kilometer. Begitu juga di pasar-pasar dalam kota dan kecamatan, pasokan beras, sayur-sayuran, daging  itu dari kota lain. Sama sekali belum dari hasil-hasil pertanian di desa.  Para petani belum ada  yang khusus menanam kangkung, wortel, jagung, pisang, semangka dan lainnya dalam luasan hektar. Titik persoalannya  berikutnya bagaimana suplai pasokan ini bisa berlangsung terus-menerus melayani daerah lain sementara di daerah pemasok juga Program Makan Bergizi Gratis (MBG) juga berjalan sama.

Jika berpikir positif maka sebenarnya  program pemerintah ini semacam angin segar untuk para petani lokal. ini menjadi peluang besar untuk para petani yang selama ini bercocok tanam campuran dan yang hanya menjadikan hasil kebun sebagai penghasilan sampingan.  Tinggal bagaimana bertani yang baik dalam merencanakan dan mengelola lahan, memampaatkan pupuk organik dan anorganik serta  pengairan yang baik. Untuk hasil panen tentu sudah tidak kesulitan ke mana pemasarannya sesuai dengan standar badan yang mengelola program ini. Akhirnya mari kita mendoakan agar program Presiden terpilih, Prabowo Subianto dapat berjalan lancar sesuai perencanaan dan sukses meningkatkan pemenuhan gizi anak-anak sekolah yang nanti bisa dipetik hasilnya dengan anak-anak yang cerdas, sehat, dan berilmu. 

                                                                                                    Pamboang, 30/12/2024

Penulis: Wahyudi Hamarong





Posting Komentar untuk "Makan Bergizi Gratis dan Peluang Petani"