Badrun dan Amplop di Dekat Nisan
Mentari
masih menyingsing di ufuk timur, Sinar
keemasan mulai membias di langit-langit cakrawala. Pancarannya pun menyusup di rimbun dedaunan. Beberapa tetes
embun meleleh dan jatuh ke tanah lenyap
dan menyisakan noktah basah. Beragam aktivitas mulai nampak. Burung-burung
berlompatan dari dahan ke dahan memburu
laron yang terbang merendah. Paruhnya menjepit laron itu dan menyisakan sayap
kecil yang lepas dari tubuhnya.Beberapa pejalan kaki berjalan bersisian
satu-sama lain sambil ngobrol. Bapak-bapak juga tak mau ketinggalan. Mereka
lebih gesit melangkah dengan kopiah miring dan sarung yang masih melekat di badannya.
Berbeda
dengan Badrun, sejak pukul empat pagi sudah mengayuh pedal becaknya ke utara
menuju pasar kecamatan. Dia menyambangi langganannya satu demi satu. Menjemput
dan mengangkat barangnya ke becak yang belum juga mampu dimilikinya. Paling akhir dijempunya Indo Timah. Perempuan
penjual sayur-sayuran ini tak pernah keberatan. Mungkin karena rumahnya paling dekat ke pasar. Dia dengan tanggungan enam anak dan masih kecil-kecil memaksanya harus bertarung
dengan hidup setiap harinya. Suaminya tenggelam di laut tanpa ditemukan
jasadnya tiga tahun lalu. Jelang magrib baru pulang dari pasar setelah
tetangganya berkumpul di beranda rumah dengan suguhan teh dan kue tentunya.
Badrun
terus mengayuh becaknya dengan cepat. Memastikan langganannya sampai di pasar
sebelum wajah para pembeli tampak jelas satu demi satu. Apalagi dengan Bu Wati langganannya yang paling cerewet. Dia
biasa marah-marah kalau agak lama menunggu. Terlebih lagi kalau ada langganannya yang telah pergi ke
penjual lain.
Peluh
mengucur di wajah Badrun. Dia pelan menepi sambil matanya awas menelisik
penumpang yang memanggilnya. Badrun
sudah sepuluh tahun menjadi tukang becak Sejak istrinya meninggal karena
demam berdarah. Dia tak pernah ke Malaysia lagi sebagai TKI ilegal. Ada empat
orang anak yang tak lagi hanya butuh kiriman uangnya setiap bulan dari negeri
Jiran, tapi lebih dari itu lebih membutuhkan elusan kasih sayang. Selain menjadi tukang becak, dia juga
memelihara kambing, selebihnya membersihkan kebun tetangganya dan kuburan
yang ditumbuhi rumput liar.
Sudah
hampir seminggu ini Indo Timah tidak ke pasar. Menurut tetangganya dia di puskesmas menemani anak ketiganya
yang panasnya tak turun-turun. Badrun
jelas tak menjemputnya. Dia tahu kabar dari para langganannya.
“Anaknya Indo
Timah masih sakit ya?” Badrun membuka percakapan pagi itu dengan Retno, langganannnya asal Lamongan penjual
sayur-mayur.
“Iya, udah
seminggu di rumah sakit.” Retno menjawab singkat sambil memungut wortel yang
keluar dari kantongan.
“Katanya demam
berdarah?”Badrun bertanya memastikan penyakitnya.
“Dengar-dengar
juga gitu, malah tambah parah. Sampai-sampai muntah darah.” Retno menjelaskan
secara detil.
Badrun
menerawang membayangkan kesulitan yang dialami keluarga tanpa seorang ayah lagi.
Sejak ditinggal suami, semuanya dikerjakan sendiri. Menjual sayuran di pasar,
menunggu pembeli dari pagi sampai sore, bahkan kadang lepas magrib. Badrun terus mengayuh becaknya ke pasar lalu
menurunkan barang satu demi satu.
Badrun baru
saja mandi. Setelah berpakaian dia lalu minum segelas teh yang terhidang bersama sepiring pisang goreng. Itu disiapkan Intan
putri sulungnya. Sejak ibunya meninggal praktis pekerjaan rumah termasuk adik-adiknya menjadi
tanggungjawabnya.
“ Assalamualaikumwarahmatullahi
wabarakatuh. Inna lillahiiwainnailahirajiun. Telah berpulang ke
Rahmatullah......
Badrun tidak
mendengar begitu jelas apa yang tersiar dari pengeras suara mesjid subuh itu
karena jaraknya agak jauh dari rumahnya. Hanya bagian akhir yang mampu dia
simak. Indra, anak Indo Timah meninggal.
Badrun kembali
teringat Indo Timah langganan becaknya. Terbayang raut sedih dari perempuan
tangguh yang kini lebih tua dari usia
sebenarnya.
Seperti
kebiasaan turun-temurun di kampung. Para pelayat berdatangan ke rumah duka
menyampaikan rasa duka sembari menyisip amplop ke dalam kaleng usai melayat.
Isi amplop tak lebih banyak dari undangan nikah. Kadang lima ribu, sepuluh
ribu, atau paling banyak dua puluh ribu rupiah. Padahal kalau dipikir itu
harusnya lebih banyak, di samping karena tidak terencana juga karena keluarga
tentu sudah keluar biaya untuk berobat.Semua biaya yang terkumpul juga habis
untuk beberapa kebutuhan.
Pagi
itu Badrun tak jadi mengayuh becaknya mencari penumpang. Dia juga tak ke kebun
mengais rumput untuk kambing-kambingnya. Dia bergegas mengambil cangkul dan
linggis pembagian desa di kolong rumah. Disusurinya jalan pekuburan yang masih
basah. Badrun termasuk anggota kelompok pengubur jenazah di kampungnya.
Seperti
kebiasaan di kampung bila ada warga yang
meninggal. Sudah menjadi kebiasaan tidak
ada yang bekerja apa pun seperti biasa. Nelayan menunda pergi ke laut. Petani
juga tak ke kebun meskipun masih pagi, lebih-lebih para pedagang, mereka juga
hanya sementara menggelar dagangannya. Menurut mereka tidak etis kalau ada yang
bekerja di sisi lain ada yang berduka.
Badrun
sudah berkumpul dengan warga lain yang biasa menjadi penggali kubur setiap ada
yang meninggal. Sebuah kawasan pekuburan yang luas terhampar. Di beberapa
tempat masih ditumbuhi ilalang setinggi tubuh orang dewasa. Nisan-nisan tua dan
baru berjejer tak teratur. Beberapa pusara nampak kusam dan dimakan rayap. Dari jauh nampak pohon- pohon jati tangkainya
meranggas dan meluruhkan daun-daun.
Mereka
berenam sudah tak lagi saling
mengingatkan apa-apa yang akan mereka kerjakan. Satu sama lain hapal urutan-urutan pekerjaan dan siapa yang
kerja. Amir mulai membersihkan ranting-ranting yang berserakan dan menepikannya ke tempat yang masih kosong.
Beddu, Kaco, dan Badrun bergantian mencangkul. Batu-batu sebesar kelapa ikut
diangkat dari dalam tanah. Tak jarang tulang-tulang tubuh manusia ikut. Lebih
sering tengkorak kepala ditemukan di setiap penggalian. Mungkin karena letak
yang sama berulangkali jasad dikubur di
situ. Kini tersisa timbunan serupa gunung-gunung kecil di sisi kanan galian.
Badrun melompat ke atas dan melap peluh yang menetes di sekujur tubuhnya. Dia
meraih air gelas yang tergeletak di bawah akasia.
Pekerjaan
penggalian kubur telah rampung. Papan pelapis jasad pun sudah diletakkan di
sisi lubang. Beberapa batu besar digeser agar tidak mengganggu pengantar
jenazah. Matahari kini tegak di atas kepala. Panasnya menyengat benda-benda di
bawahnya. Para penggali kubur kini istirahat dan berteduh di bawah pohon mahoni
yang lebih rindang.
“Ayo kita
makan!” Beddu yang biasanya lebih dituakan mengajak rekan-rekannya mengambil
nasi bungkus yang dari tadi sudah diantar oleh keluarga Indo Timah.
“Saya memang
belum sempat sarapan.” Kaco mengamini ajakan Beddu.
Anggota yang
lain beranjak dari duduknya dan mengambil nasi bungkus. Mereka makan dengan
lahapnya. Mereka benar-benar lapar.
“Sebentar
jangan langsung ada yang pulang. Tadi saya dipesan oleh Pak Anwar agar kita
tidak pulang seperti biasa. Badrun melirik ke arah Beddu.
“Tak biasanya
Beddu berpesan seperti itu. Kalau sudah selesai dimakamkan biasanya kita
langsung pulang saja.” Badrun penasaran.
Dari jauh
rombongan pengantar jenasah mulai kelihatan. Langkah kaki mereka lebih cepat
dari biasanya. Debu beterbangan di kiri-kanan jalan yang mereka lewati.
Beberapa pejalan kaki menutup hidung dengan lap tangan ataupun jilbab.
Badrun dan
tiga orang lainnya sudah berada dalam lubang.
Dia segera mengambil segenggam tanah dalam lubang dan menyatukan dengan
jenazah yang telah diletakkan pada satu petak khusus di sisi kiri sebelum
ditutup dengan papan pelapis yang sudah disiapkan sejak tadi. Hal seperti itu umum ditemukan dalam prosesi pemakaman di
kampung ini. Kini gundukan tanah di sisi kanan mulai dimasukkkan kembali dengan
cangkul dan skop. Tak lupa nizan juga diikutkan. Beberapa rombongan matanya
sembab dan melap air mata yang tak berhenti menetes.
Prosesi
selanjutnya lebih banyak imam yang berperan. Dia membaca surah Yasin diikuti yang lainnya.
Sementara rombongan yang menengadahkan tangan mengikuti imam yang
membacakan doa untuk jenazah.
Rombongan
sejak tadi meninggalkan areal pemakaman dan kembali ke rumah masing-masing.
Tempat itu menjadi hening. Hanya Badrun
dan anggotanya yang masih tetap menunggu
tidak jauh dari kuburan. Beberapa yang lain masih sibuk membersihkan cangkul
dan linggis dari tanah yang masih menempel.
“Apa yang kita
tunggu di sini? Biasanya kita sudah langsung pulang?” Badrun tak tahan untuk
tidak bertanya. Dia melirik ke Kaco yang duduk persis di sampingnya.
“Saya juga
tidak tahu.” Ujar kaco sambil menggeleng.
Dari
jauh sosok laki-laki mendekat. Semakin lama semakin jelas. Itu Pak Anwar yang
tadi sempat di sebut Beddu. Dia sepupu dengan Indo Timah meskipun tidak terlalu
akrab. Beddu dan rekan-rekannya saling melirik. Mereka tahu kalau Pak Anwar
adalah anggota dewan di kampungnya yang sebentar lagi akan mencalonkan diri
jadi anggota dewan periode berikutnya.
“Maaf, saya
terlambat. Ini ada amplop dari saya mewakili keluarga sekadar mengganti capek
saudara-saudara.” Pak Anwar mengangsur amplop satu demi satu. Beddu, Kaco,
Arman dan dua lainnya seperti dikunci. Mereka saling melirik, sebentar-sebentar
saling berbisik.
“Sudahlah, ini
ikhlas, seharian Bapak-Bapak bekerja.” Pak Anwar membujuk mereka satu-demi
satu. Akhirnya amplop itu berpindah tangan.
Malah Kaco membuka isinya terang-terangan. Lembar merah dan biru
menyembul.
“Terima kasih,
saya tidak bisa. Dari dulu sampai sekarang pekerjaan ini saya ikhlaskan untuk
amal. Saya tak berharap materi.”Badrun memungut cangkul dan linggisnya dan
berlalu tanpa menoleh lagi.
Sejak itu
tradisi penguburan di kampung itu berubah. Semua diimbal dengan amplop , malah
bukan hanya tukang gali kubur, Pak Imam, jamaah sholat jenazah, sampai pengurus
jenazah bukan bekerja lagi semata ibadah, lebih pada amplopnya.
Majene, 20
Juni 2019
Kematian merupakan sesuatu yang pasti terjadi dan tidak dapat dihindari. Maka Perbaiki diri, berbuat baiklah kepasa seseorang, sholat tepat waktu, membantu seseorang yang membutuhkan, membantu anak yatim. Dan yang paling penting Kerja tidak harus berharap imbalan, kerja Ikhlas membantu orang tanpa meminta imbalan itu lebih baik.
BalasHapusJodoh,maut tidak ada yang tau semua itu rahasia sang ilahi,kita sebagai manusia barus bisa menerima taqdir. Tetaplah berusaha selama tuhan memberikan umur panjang berdoa untuk kebaikan masa depan dan di akhirat.
BalasHapusADELIA ANGRAENI XII IPA 1
Saya tidak setuju dengan tradisi seperti ini, uang merupakan kebutahan tapi jangan lupa bawah apa yang kita lakukan harus di pertanggung jawabkan di akhirat nanti!
BalasHapusKematian tentu Pasti akan terjadi kepada semua makhluk ciptaan Allah yang tidak akan bisa kita hindari,maka dari itu kita sebagai makhluk Allah harus bisa Menjadi lebih baik , memperbaiki diri, berbuat baik kepada semua orang,dan harus saling menghormati.dan yang paling penting tidak Membantah perintah orang tua,Dan kita harus saling membantu kepada sesama tanpa mengharapkan Imbalan apapun biasakan Terus ikhlas atas ap yang Allah takdir kan kepada kita.
BalasHapusUmi kalsum XII IPA2
kematian merupakan salah satu yg pasti akan terjadi pada semua mahluk yg bernyawa maka dari situ kita harus berusaha merubah diri menjadi lebih baik dari sekarang tdk Ada Kata terlambat untuk memperbaiki diri seperti hal kecil yaitu membantu anak Yatim,membatu yg lebih membutuhkan,sholat Lima waktu,berbuat baik Dan lain senadainya.
BalasHapusNUR ATIZAH YUNUS XIl IPA1
terharu sekali rasanya. mengingtkan bahwa memang benar, kematian pasti terjadi
BalasHapusmengejar masa depan boleh sj tp jgn smpe lupa sama dunia akhirat.
BalasHapusKematian merupakan sesuatu yang pasti terjadi dan tidak dapat dihindari. Maka Perbaiki diri, berbuat baiklah kepasa seseorang, sholat tepat waktu, membantu seseorang yang membutuhkan. Jodoh,maut tidak ada yang tau semua itu rahasia sang ilahi,kita sebagai manusia barus bisa menerima taqdir. Tetaplah berusaha selama tuhan memberikan umur panjang berdoa untuk kebaikan masa depan dan di akhirat.
BalasHapusEsy Melisa XII IPA 1
Kematian merupakan sesuatu yang pasti terjadi dan tidak dapat dihindari. Maka Perbaiki diri, berbuat baiklah kepasa seseorang, sholat tepat waktu, membantu seseorang yang membutuhkan, membantu anak yatim. Dan yang paling penting Kerja tidak harus berharap imbalan, kerja Ikhlas membantu orang tanpa meminta imbalan itu lebih baik.
BalasHapusNur wulandari XII ipa 1
Kematian merupakan sesuatu yang pasti terjadi dan tidak dapat dihindari. Maka Perbaiki diri, berbuat baiklah kepasa seseorang, sholat tepat waktu, membantu seseorang yang membutuhkan, membantu anak yatim. Dan yang paling penting Kerja tidak harus berharap imbalan, kerja Ikhlas membantu orang tanpa meminta imbalan itu lebih baik
BalasHapusNur Alvira Basri XII IPA2
Saya tidak setuju dengan tradisi seperti ini, uang merupakan kebutahan tapi jangan lupa bawah apa yang kita lakukan harus di pertanggung jawabkan di akhirat nanti!
BalasHapusZulfahmi XII IPA2
Kematian merupakan sesuatu yang pasti terjadi dan tidak dapat dihindari. Maka Perbaiki diri, berbuat baiklah kepada seseorang, sholat tepat waktu, membantu seseorang yang membutuhkan, membantu anak yatim,dan yang paling penting Kerja tidak harus berharap imbalan, kerja Ikhlas membantu orang tanpa meminta imbalan itu lebih baik.
BalasHapusIndri XII IPA 1
Jodoh,maut tidak ada yang tau semua itu rahasia sang ilahi, kita sebagai manusia barus bisa menerima taqdir. Tetaplah berusaha selama tuhan memberikan umur panjang berdoa untuk kebaikan masa depan dan di akhirat.
BalasHapusTetaplah berusaha selama tuhan memberikan umur panjang berdoa untuk kebaikan masa depan dan di akhirat.
BalasHapusNismayanti XII IPA 1
Kematian merupakan sesuatu yang pasti terjadi dan tidak dapat dihindari. Maka Perbaiki diri, berbuat baiklah kepada seseorang, sholat tepat waktu, membantu seseorang yang membutuhkan, membantu anak yatim. Dan yang paling penting Kerja tidak harus berharap imbalan, kerja Ikhlas membantu orang tanpa meminta imbalan itu lebih baik.
BalasHapusFitrah Aulyah XII IPA 2
Kematian merupakan sesuatu yang pasti terjadi dan tidak dapat dihindari. Maka Perbaiki diri, berbuat baiklah kepasa seseorang, sholat tepat waktu, membantu seseorang yang membutuhkan. Jodoh,maut tidak ada yang tau semua itu rahasia sang ilahi,kita sebagai manusia barus bisa menerima taqdir. Tetaplah berusaha selama tuhan memberikan umur panjang berdoa untuk kebaikan masa depan dan di akhirat.
BalasHapusNurfadila XII ipa 2
BalasHapusKematian merupakan sesuatu yang pasti terjadi dan tidak dapat dihindari. Maka Perbaiki diri, berbuat baiklah kepada seseorang, sholat tepat waktu, membantu seseorang yang membutuhkan, membantu anak yatim. Dan yang paling penting Kerja tidak harus berharap imbalan, kerja Ikhlas membantu orang tanpa meminta imbalan itu lebih baik.
Nuraeni kls Xll IPA 2
Kematian pasti akan terjadi maka berbuat baiklah kepada seseorang dan membantu orang orang yang membutuhkan.
BalasHapusKematian merupakan sesuatu yang pasti terjadi dan tidak dapat dihindari. Maka Perbaiki diri, berbuat baiklah kepasa seseorang, sholat tepat waktu, membantu seseorang yang membutuhkan. Jodoh,maut tidak ada yang tau semua itu rahasia sang ilahi,kita sebagai manusia barus bisa menerima taqdir. Tetaplah berusaha selama tuhan memberikan umur panjang berdoa untuk kebaikan masa depan dan di akhirat.
BalasHapusAtas nama Muh. Isra Arif kelas XII MIPA 1
Kematian tentu Pasti akan terjadi kepada semua makhluk ciptaan Allah yang tidak akan bisa kita hindari,maka dari itu kita sebagai makhluk Allah harus bisa Menjadi lebih baik , memperbaiki diri, berbuat baik kepada semua orang,dan harus saling menghormati.dan yang paling penting tidak Membantah perintah orang tua,Dan kita harus saling membantu kepada sesama tanpa mengharapkan Imbalan apapun biasakan Terus ikhlas atas ap yang Allah takdir kan kepada kita.
BalasHapusfitrayanti XII ipa 2
Kematiam merupakan jodoh yang pasti dan semua akan merasakannya.kita sebagai makhluk allah harus bisa menaati semua ketemtuan allah harus bisa menjadi lebih baik, memperbaiki diri, berbuat baik kepada semua orang,dan harus saling menghormati satu sama lain dan yang paling pemting tidak membantah perintah oramh tua. Kita harus saling membantu kepada sesama manusia tanpa mengharapkan imbalan apapun biasakan melakukan dengan iklas atas apa yang allah takdirkan kepasa kita.
BalasHapusRINI APRILIANTI KELAS XII MIPA 1
Kematian merupakan sesuatu yang pasti terjadi dan tidak dapat dihindari. Maka Perbaiki diri, berbuat baiklah kepasa seseorang, sholat tepat waktu, membantu seseorang yang membutuhkan, membantu anak yatim. Dan yang paling penting Kerja tidak harus berharap imbalan, kerja Ikhlas membantu orang tanpa meminta imbalan itu lebih baik.
BalasHapusAnshar Eka Putra