Trend Bunuh Diri, Kenali Indikasi dan Solusinya


                                                                                         Sumber foto ilustrasi:indopolitika.com

Sudah berlalu minggu ke sekian untuk menulis tentang ini, tingginya angka bunuh diri di daerah ini, Sulawesi Barat. Masih lekat dalam ingatan kita  sebulan terakhir, secara beruntun aksi bunuh diri di beberapa daerah. Kasus gantung diri seorang narapidana di Rutan Mamuju. Muhlis (37) gantung diri gegara digugat cerai sang istri. Berikutnya, seorang pria berisial H (53) dari Kabupaten Majene  ditemukan seorang warga tewas pada Senin (23/1/2023). Posisi korban lehernya terikat tali yang digantung di sebatang pohon sukun. Belum lagi seorang pemuda, Muh. Adam (27) dari Lembah Hopo, Kec. Karossa, Mamuju Tengah juga akhiri hidupnya dengan gantung diri. Hal ini  tentu ditunjang  angka-angka kematian tidak wajar dari beberapa tahun sebelumnya yang  lebih banyak lagi.

Penulis mencoba menelusuri beberapa pendapat para ahli tentang maraknya fenomena bunuh diri ini dari beberapa referensi yang otentik. Dari laman http://hellosehat.com/ paling tidak terungkap beberapa faktor yang menjadi penyebab seseorang nekat melakukan bunuh diri:

1.   Depresi yang Tidak Tertangani. Depresi merupakan penyebab paling utama seseorang melakukan bunuh diri. Apabila tidak terdeteksi sejak dini dan tertangani dengan baik maka penderita akan merasa lelah dan putus asa sehingga membulatkan niat untuk bunuh diri.

2.   Perilaku Imfulsif. Impulsif diartikan sebagai Tindakan nekat menuruti kehendak hati. Tindakan ini tentu sangat berbahaya manakala diikuti oleh pikiran negative. Perilaku ini sangat spontan tanpa sempat berpikir ulang dan lebih banyak  dilakukan dengan  bunuh diri.

3.   Masalah dalam kehidupan sosial. Nyatanya masalah sosial dapat menjadi pemicu seseorang bunuh diri. Tindakan perundungan oleh para remaja dan dewasa, perasaan dikucilkan, persoalan rumah tangga, kehidupan ekonomi, hubungan disharmonis pasangan.

4.  Konsumsi alkohol dan obat-obatan. Mengonsumsi alkohol dan obat-obatan terlarang dapat menjadi penyebab bunuh diri. Pemakaian yang tinggi dapat menjadi penyebab psikosis. Psikosis merupakan kondisi yang sulit membedakan antara realitas dengan halusinasi dan berujung pada aksi bunuh diri.

5.  Gangguan mental lainnya. Dalam studi jurnal Psychological Autopsy didapatkan bahwa terdapat satu atau lebih gangguan mental pada 90% pelaku bunuh diri. Dari data ini juga ditambahkan bahwa 1 dari 20 penderita skizoprenia itu memilih tidakan bunuh diri.

6.    Pengalaman buruk yang memicu trauma. Pengalaman buruk masa kecil nyatanya terekam kuat pada alam bawah sadar para penderitanya. Peristiwa pelecehan seksual, kekerasan fisik dan verbal, kehilangan orang-orang tersayang. Bila penderita tidak bisa mengelola dengan baik maka bisa menjadi pemicu bunuh diri di kemudian hari

7.  Penyakit yang tak kunjung sembuh. Penyakit kronis dan akut seperti kanker, stroke dan tidak  mendapatkan kesembuhan menjadi pemicu putus asa dan depresi berkepanjangan dan serta menjadi menjadi pemicu aksi bunuh diri.

8. Orientasi seksual yang berbeda. Orientasi seksual pada seseorang yang tidak mendapatkan dukungan dari lingkungan sekitar karena dianggap mengalami kelainan bisa memicu depresi dan berujung pada aksi bunuh diri.

Penulis, Ariska Puspita Sari Anggraini di laman http://health.kompas.com/ memaparkan beberapa hal penting yang dapat dilakukan ketika mendapati seseorang dengan gejala-gejala bunuh diri sebagai berikut:

1.       Jangan remehkan perasaan mereka

Walaupun kadang-kadang masalah yang mereka alami bukanlah sesuatu hal yang besar, jangan remehkan persoalan yang mereka alami. Hal penting yang perlu dicermati adalah seberapa penting mereka memandang persoalan yang mereka hadapi. Lebih penting lagi, dengarkan apa yang mereka alami tanpa perlu memberikan penilaian pribadi.

2.       Anggap Tindakan bunuh diri meminta pertolongan

Ketika mendapati seseorang ingin melakukan bunuh diri, belum tentu mereka benar-benar ingin mengakhiri hidup. Gejala yang tampak seperti itu adalah signal agar mendapatkan pertolongan dari orang lain. Mereka hanya tidak tahu bagaimana bisa lepas dari masalah yang membelitnya.

3.       Jadi pendengar yang baik

Menceritakan apa yang kita alami itu menurunkan beban masalah yang kita hadapi. Sama halnya dengan mereka. Kita harus menjadi pendengar yang baik terhadap masalah yang mereka alami ketika kita memang dipercaya sebagai tempat berbagi. Menjadi pendengar yang baik tidaklah memerlukan keahlian khusus.

4.       Dorong mereka untuk mendapatkan pendampingan professional

Keinginan bunuh diri bisa saja muncul secara tiba-tiba, tapi sesungguhnya bisa saja itu masaalah lama dan berlarut-larut tanpa terselesaikan dengan baik. Mendapati masalah seperti ini, ada baiknya diarahkan untuk mendapatkan pendampingan tenaga professional seperti psikiater, dokter, dan agama sesuai dengan agama masing-masing.

 

 


Posting Komentar untuk "Trend Bunuh Diri, Kenali Indikasi dan Solusinya"