Kita berbicara kali ini tentang penggunaan kata dengan makna yangtepat dalam kalimat. Sering kita membaca sebuah kalimat yang di dalamnya digunakan sepatah kata dengan makna yang kurang tepat. Hal itu tentu saja disebabkan oleh kurangnya pengertian pemakai bahasa terhadap arti kata tersebut. Saya sebutkan contoh misalnya pemakaian kata nyaris di dalam berikut.
Nunung nyaris menang dalam perlombaan itu.
Penggunaan kata nyaris di dalam kalimat di atas kurang tepat. Nyaris memang mempunyai arti 'hampir', tetapi pada umumnya bukan tentang suatu hal yang menguntungkan, melainkan hal yang membahayakan atau hal yang mungkin menimbulkan kerugian. Jadi, kalimat di atas seharusnya hanya menggunakan kata hampir, bukan nyaris.
Nunung hampir saja menang dalam perlombaan itu.
Kita katakan hampir saja saja karena selisih waktu dengan perenang pertama yang menjadi juara pertama hanya satu detik. Pada kalimat berikutnya saya berikan contoh penggunaan kata nyaris yang tepat.
Amir nyaris tertabrak oleh mobil yang tiba-tiba masuk dari jalan samping itu.
Anak itu nyaris tenggelam. Untunglah pada saat yang tepat penolong itu datang.
Saya ingin menyinggung pemakaian kata dirgahayu yang tiap tahun dipakai oleh bangsa Indonesia di mana-mana menghiasi gedung pemerintah, menghiasi gaba-gaba di jalan kampung, desa, kecamatan, kabupten, dan sebagainya, tiap tahun dalam menyambut Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus. Kita baca dulu kalimat di bawah ini:
DIRGAHAYU HUT RI KE -XXXVI
DIRGAHAYU HUT KE-XXXVI RI
Penggunaan kata dirgahayu pada kalimat di atas jelas salah karena kata dirgahayu di tempatkan di depat kata hari ulang tahun (HUT). Jika Anda buka Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan Poerwadarminta, akan anda temukan di dalamnya kata-kepala dirgahayu. Di belakang kata itu ada singkatan sl. Artinya kata itu terdapat dalam karya sastra lama; arti kata itu '(mudah-mudahan) berumur panjang;hidup!'
Kalau kita alih kalimat di atas, maka kalimat di atas dapat kita ganti menjadi:
MUDAH-MUDAHAN PANJANG USIA HUT RI KE-XXXVI
HIDUPLAH HUT RI KE-XXXVI
Yang kita doakan supaya panjang usianya buka negara Republik Indonesia yang kita cintai, melainkan hari ulang tahunnya. Padahal hari ulang tahun itu hanya sehari. Yang kita serukan agar hidup bukan negara RI, melainkan hari ulang tahun ke-36. Jelas penggunaan kata dirgahayu seperti di atas tidak tepat.
Sebenarnya mengenai kesalahan penggunaan kata dirgahayu, hampir tiap tahun diulang kembali oleh pembawa acara Pembinaan Bahasa Indonesia di TVRI stasiun pusat. Dijelaskan dan diberikan contoh bagaimana menggunakan kata itu secara tepat sesuai dengan makna yang tergantung pada kata itu. Namun setiap tahun pula kita membaca tulisan yang salah karena orang tidak memperhatikan arti kata itu.
Anda dapat membuat kalimat seperti berikut:
DIRGAHAYU RI BER-HUT KE-36
DIRGAHAYU RI BER-HUT XXXVI
HUT RI KE-36
DIRGAHAYU KEMERDEKAAN KITA
Jadi, yang kita doakan panjang usianya itu ialah negara kita Republik Indonesia yang berhari ulang tahun ke-36. Atau, kita mendoakan agar kemerdekaan yang telah kita miliki itu panjang usianya, berlanjut sampai akhir zaman, karena kita tidak mau penjajahan oleh bangsa lain berulang lagi.
Kesalahan kedua yang kita lihat pada contoh di atas ialah kesalahn penulisan bilangan yang menyatakan tingkat. Bukan ke-XXXVI, melainkan ke-36, atau memakai angka romawi saja tapa ke di depannya. Selain itu, kalau kita memakai ke di depan angka, haruslah kita pakai pula garis tanda hubung antara angka ke- dengan angka Arab itu. Kalau angka Romawi yang kita gunakan, tak perlu kita pakai ke di depannya. Perhatikan contoh di atas.
Mudah-mudahan kesalahan seperti di atas tidak terjadi lagi pada tahun-tahun mendatang.
Daftar Pustaka
Badudu, J.S. 1984. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: Penerbit PT Gramedia.
Posting Komentar untuk "Dirgahayu RI ataukah Dirgahayu HUT RI"